We use cookies - they help us provide you with a better online experience.
By using our website you accept that we may store and access cookies on your device.

Perjalanan Mencari Pendekar Sakti

Kujalani hari-hariku yang sepi, bermandikan piala dan gelar sebagai pesilat terbaik di jagat ini. Sudah lama aku menantikan darah baru yang siap membuatku bersemangat lagi untuk menempa dan melewati batas kemampuan diri. Tapi, sepertinya tak perlu lama lagi aku menanti, sayup-sayup kudengar kabar yang menyenangkan hati; ada sekelompok pendekar sedang bersiap diri.

Informasi ini kudapatkan ketika asyik menghabiskan waktu mengelap piala-pialaku kemarin. Kehilangan gairah karena bertempur dengan pendekar yang itu-itu saja, akupun berniat untuk mencari pendekar-pendekar sakti lainnya yang mungkin sedang bertapa entah di mana. Kemudian, wangsit itu datang. Melalui perantaraan seorang pengembara berjubah kelabu bernama Akang, dan aku diberi penglihatan.

Tempat itu indah. Jauh dari hiruk-pikuk, dentingan pedang dan tombak yang saling beradu. Jauh dari hingar-bingar sorakan para petarung yang sedang menjajal kemampuan mereka. Tempat yang begitu asri, di mana para pendekar tangguh dunia silat perhattrickan sedang menempa ilmu mereka. Mereka membentuk persekutuan khusus dan sedang membangun kekuatan ala aliansi para hobbit, manusia, kurcaci dan peri di kisah Lord of the Ring. Ya, Akang menyebut mereka, "Fellowship of Menyan".

Tidak mudah untuk mencapai tempat yang dimaksud. Dari singgasanaku di puncak gunung tertinggi, aku harus menuruni gunung, melewati perkuburan II.1, jalan tol II.2, taman II.3, kebon binatang II.4 dan itu semua bahkan belum setengah perjalanan! Aku bolak-balik harus bertanya dengan penghuni sekitar, dan tentu saja, merekapun banyak yang tidak tahu. Beberapa bahkan coba untuk menge-MOTS-ku, namun maaf saja, level kita berbeda.

Aku lalu menemukan sedikit arahan ketika melepas penat di bengkel Jiaaak III.8, beruntung para montir di sana cukup tahu diri dan mau memberitahukan jalan yang benar, sehingga aku bisa sampai ke perbatasan III.16, di mana jika aku mengayun kaki selangkah lagi saja, saya akan jatuh ke tempat yang sudah puluhan tahun tidak kukunjungi, jurang divisi empat.

Percayalah, aku tidak habis pikir masih banyak pendekar yang ingin menghabiskan waktu mereka di tempat kumuh seperti ini. Banyak bangkai-bangkai kaleng yang menghiasi pinggir jalan, dan banyak sekali 'tuan tanah' dengan duit milyaran yang sedang pingsan akibat mabuk-mabukan. Ah, pikirku! Seandainya saja mereka bisa menggunakan uang mereka untuk melawan kemegahan tahtaku, mungkin aku tidak bisa terlalu lama menguasai jagat ini. Sayang sekali.

Kaki terus kulangkahkan perlahan. Semilir angin sepoi-sepoi khas hutan rimba terus berhembus mengiringi jejakku ini. Aku melihat di antara mereka banyak -juga talenta-talenta muda yang siap untuk ditempa dan dijadikan pendekar kuat, namun aku teringat banyaknya kisah mereka yang tidak sanggup bertahan di dunia silat perhattrickan yang kejam ini dan menghilang sebelum menuliskan nama mereka di prasasti yang abadi.

Beberapa desa telah kulalui, beberapa sosok legendaris telah kusinggahi, termasuk Dewa Petir Gundala di IV.3, Anak-anak Surgawi HC di IV.9, bahkan penjual Bakpau di IV.31 pun telah semuanya kujenguk. Namun, tempat yang diperlihatkan kepadaku belumlah muncul. Merekapun tidak banyak membantu, karena sudah sibuk menghabiskan masa tua mereka untuk berkarat di kawah divisi IV ini, hanyalah bendera perang usang mereka yang masih berkibar lemah di pekarangan mereka masing-masing.

Aku mulai melangkah dengan gontai. Sampai disini sajakah batas kesabaranku? Apakah hasrat untuk mencari lawan sepadan cukup sampai di sini? Mengapa, mengapa begitu susahnya mencari lawan yang bisa membuat diriku gemetar ketakutan tak berdaya? Lalu, tempat itu menampakkan dirinya.


- SELAMAT DATANG DI IV.60 -


Nyaris terlewatkan olehku, karena papan nama tersebut sudah nyaris disembunyikan oleh rimbunnya tanaman yang hidup melingkar menghiasi papan tersebut. Tapi, inilah tempat yang diperlihatkan oleh sang pengembara kelabu itu, tempat di mana para pendekar yang sepertinya bisa menghancurkan dinastiku berada!

Kukumpulkan lagi segenap kekuatanku untuk melangkah masuk. Tidak ada penyambutan bagiku, walau aku yakin, dari cara para penduduk takut-takut menatapku, mereka tahu siapa aku dan betapa termashyurnya diriku. Tapi, aku memang kemari bukan untuk dipuja. Beberapa penduduk bahkan langsung menutup pintu dan jendela mereka, seakan tatapan mataku mampu menghabisi anak cucu mereka. Aku segera bergegas menuju alun-alun desa dan menemui tokoh setempat. Hmmm.

JE Reborn (94481) / Jetong
Pendekar legendaris! Bahkan akupun tau akan kisahnya dulu. Meskipun belum pernah menjadi yang terbaik, namun tidak bisa dipungkiri, pendekar ini adalah sosok panglima perang di zamannya dulu. Sepertinya beliau juga menguasai teknik 'ajian ganti kulit', di mana perawakannya malah jauh lebih muda dari perkiraan usianya. Aku harus waspada.

Smokeless (461392) / dienm
Belum lama aku mengamati Jetong, tiba-tiba bulu kudukku berdiri. Tidak banyak pendekar yang bisa mendekati diriku tanpa bisa kuawasi, tapi orang ini sudah tiba-tiba berada di sampingku dan nyaris menepuk pundakku, yang secara reflex mampu kuhindari. Sebuah bukti bahwa pendekar ini sarat akan ilmu dan asam garam dunia per-hattrick-an. Siapakah dia? Apa jurus mautnya?!

Ayah-Ayah Muda (113216) / emonks
Lalu pandanganku tertuju pada sosok pemuda yang sedang duduk tenang menyeruput kopinya sambil mengawasi gerak-gerikku. Ah! masih hijau. Mungkin berbakat, mungkin tidak. Tapi setidaknya, dia memiliki pandangan yang bagus, pastilah karena lama bergaul dengan para pendekar sakti lainnya.

Bhineka Tunggal Ika (462159) / LA-dr-Dre
Loh! Bukankah ini dr-Dre, yang sempat ingin merebut tahtaku, hanya beberapa hari yang lalu? Sedang apakah ia di sini? dr-Dre hanya tersenyum sinis melihatku, lalu menempelkan telunjuk tangan kanannya pada hidungnya, seakan tidak ingin kami untuk saling bertegur sapa.

F.C. InterGaga S.p.A (462441) / Interxxx
What the?! Apakah aku tidak salah melihat? Ini kan.. ini kan.. Sosok legendaris, ketua dojo INTRIC yang legendaris, meskipun kini sudah nyaris hilang ditelan bumi. Sedang apa beliau di sini? Ia bahkan tidak menatapku, sibuk mengasah belati kecilnya dengan seksama.

AS Metro Town (94494) / Aldin-Salossa
Satu lagi sosok yang kukenal. Aldin, pendekar Lampung yang sempat menguasai kuburan II.1. Sekilas, beliaulah yang paling aktif di sini, sibuk membenahi papan pengumuman di balai desa, mengadakan sayembara untuk penduduk sekitar. Pastilah pendekar ini masih berambisi!

F.C. Black Ranchu (460761) / Ferguwongz
Ah! Siapa yang tidak kenal dengan mantan pendekar nomor 1 di turnament beberapa tahun silam. Memang setelah itu, masa kejayaannya meredup, tapi menurut informasi yang kudapat, beliaulah pendekar dengan pundi-pundi uang terbesar di daerah ini.

PS Goyang Dombret (461058) / LA-Yosua_kumis
Dan, tentu saja. Selain dr-Dre, beliau inilah yang sesepuh yang terkuat di sini. Juara turnament silat dua kali, termasuk mengalahkanku dengan jurusnya yang begitu lihai saat musim semi yang lalu. Aku tertawa di dalam hati. Ini sempurna!

Tidak buruk! Aku memang melihat beberapa sosok pendekar lawas yang sudah dimakan usia, tapi semangat mereka mampu mengimbangi aura gelapku. Sudah lama aku tidak terpancing oleh semangat perang dari sesama pendekar lainnya. Dan ini luar biasa! Mata mereka menatapku tajam, seakan ingin segera mengajakku berduel sekarang. Mereka berdelapan bergerak mengelilingiku dan masih belum sepatah katapun keluar dari bibir kami yang mengering.

Para penduduk terus berlarian masuk ke rumah mereka, setengah panik dan takut akan apa yang akan terjadi di desa mereka yang asri ini. Kedelapan 'Fellowship of Menyan' juga seakan menjaga agar aku tidak berbuat onar di desa mereka yang tenteram ini. Mereka mulai memasang kuda-kuda, dan bergerak perlahan ke arahku.

MUAHAHAHA!

Aku melepaskan tawa yang sudah lama kupendam sejak tadi. Kedelapan pendekar tadi terkejut, lalu mundur selangkah dan mulai menjaga jarak. Aku yakin, pasti keringat dingin mulai keluar dari tubuh mereka, mungkin beberapa menahan gemetar yang tak terkira. Tapi, aku tetap salut karena mereka tidak lari tunggang-langgang seketika. Memang beda, aura khas para pendekar kelas atas.

Aku masih tertawa, tawa khas ala penguasa jahanam, dan aku perlahan melangkah keluar dari desa itu. Mereka berdelapan masih saling menatap, penuh kebingungan. Ya, aku kini telah sadar, mereka memang masih belum siap. Mereka harus dibiarkan hidup sekarang dan membutuhkan waktu untuk menyusun kekuatan. Tapi, suatu saat, mereka pasti akan mengincar leherku jika ada kesempatan. Mereka berdelapan bergerak perlahan memastikan aku langsung menuju ke luar gerbang desa mereka dan tidak kembali lagi.

Aku masih tertawa. Tawa penuh kepuasan, bahwa akan ada para pendekar yang akhirnya akan mengakhiri dinastiku!

2016-06-11 14:22:22, 1436 views

Link directly to this article (HT-ML, for the forum): [ArticleID=19611]

 
Server 070