We use cookies - they help us provide you with a better online experience.
By using our website you accept that we may store and access cookies on your device.

Kalong Picisan: Penglihatan Kedua

Sambungan dari cerita gak jelas di (19611).

Sang Surya mulai bersembunyi dibalik cakrawala ketika aku memutuskan untuk bermalam di hutan dan melanjutkan perjalananku esok subuh. Ya, sudah 3 hari terlewatkan sejak aku memulai perjalanan turun gunung hingga mencapai desa IV.60 itu.

Menuruni pegunungan Ligina hingga mencapai jurang keempat ini mudah saja, tidak memerlukan keahlian khusus apapun. Seseorang yang tidak bisa silat pun bisa hanya menggelinding turun dan pasti sampai ke sini dalam waktu 3 hari perjalanan. Memanjat gunung Ligina? Nah, itu baru jadi persoalan. Bagiku yang menguasai ilmu meringankan tubuh, tentunya mudah saja untuk kembali ke singgasanaku dalam 3 hari perjalanan juga. Tapi, bagi sebagian pendekar, banyak yang malah 'tua' di perjalanan. Sehingga, ketika mencapai puncak Ligina, mereka sudah nyaris tak bernyawa.

Meskipun aku akan menghadapi turnamen silat internasional pada bulan depan, aku tidak segera kembali pulang untuk melakukan persiapan. Sudah lama sekali aku tidak menginjakkan kakiku ke tempat yang sunyi ini, dan aku memutuskan untuk berpetualang dulu. Ini juga alasan mengapa aku tidak membawa serta pasukan serta panglima-panglima tempurku yang perkasa. Agar aku bisa bebas membaur dengan rakyat yang jelata, serta mengamati para pendekar yang potensial dengan lebih seksama.

Kuputuskan untuk menghabiskan malam di hutan ini, sebelum melanjutkan perjalanan esok pagi. Aku masih asyik menyantap nanas ketika kumpulan asap pekat mendekat erat. Erm. Bukankah ini pertanda bahwa Sang Pengembara Kelabu sedang berada di sekitar sini? Kukemas bekalku dan beranjak menuju arah asap tersebut berasal, dan benar saja, sosok kakek tua yang sedang menghisap menyan sedang duduk membelakangiku.

Mau apa lagi si tua ini, pikirku. Dia sepertinya terlalu asyik bermenyan ria untuk memperhatikanku yang semakin mendekat. Terbukti, saat kupanggil namanya, ia terkejut bukan kepalang, menjatuhkan beberapa batang kemenyan yang tadinya erat di genggaman tangan kanannya. Sambil meraih kembali topi usangnya yang terjatuh, ia menyapaku.

Nampaknya Akang, Sang Pengembara Kelabu, ingin menunjukkanku sebuah penglihatan lagi. Tak perlu berfikir dua kali, tentu saja kuterima usulannya. Tidak butuh waktu lama bagi Akang untuk mempersiapkan 'pertunjukan sulapnya', dia menghirup beberapa batang kemenyan sekaligus, lalu menghembuskan asapnya ke samping kami. Asap tersebut membentuk sebuah ermm.. semacam layar dan..



Ah! Tampak aku sedang berdarah-darah duduk di podjokan, erm, sepertinya sebuah podjokan ring tinju dan sejenisnya. Tampak dua sosok asing sedang membantuku mengusap darah yang terus mengucur dari pelipis kananku, serta memasangkan mouthguard-ku. Di seberang sana, tampak seorang petarung yang juga sama payahnya denganku, dan sepertinya kami baru saja menjalani pertempuran hebat yang akan segera dilanjutkan. Sorak sorai penonton terus bergemuruh kencang, memekikkan kedua nama kami, serta mengibarkan bendera Indonesia dan satu bendera lagi yang tak jelas wujudnya. Telingaku masih berdenging kencang ketika lonceng bel kembali bergetar dan kedua sosok asing tadi menepuk punggung serta menyemangatiku untuk kembali bertempur..



Asap yang membentuk layar tadi perlahan hilang. Akangpun hanya tersenyum menatapku yang bingung akan hal tadi. Sudah jelas bahwa penglihatan barusan adalah tentang Turnamen HT-Master yang akan kujalani purnama mendatang. Tapi, siapa kedua sosok tadi? Apa maksud dari semua ini? Ratusan pertanyaan menyelimuti benakku dan aku makin tak mengerti.

Akang menjelaskan bahwa kegagalanku dalam 3 turnamen HT-Master yang lalu karena aku berjuang tanpa bantuan. Terbukti, dalam ketiga turnamen itu, aku tidak pernah dikalahkan tanpa melalui babak tambahan. Ia hanya bergumam pelan dan berkata bahwa aku harus mencari dua orang murid yang bisa membantuku menaklukan dunia. Oh! Itukah maknanya?

Sang surya mulai kembali menyapa dunia pagi itu, dan mataku masih sangat lengket terpejam. Ugh, bagaimana aku bisa tertidur? Bukankah aku baru selesai berbincang dengan.. loh! kemana larinya orang tua itu? Enak saja, meninggalkanku begitu saja tanpa ba-bi-bu. Tapi, ternyata aku salah, dia meninggalkan secarik kertas yang bertuliskan:

Possible spoiler. Click here to show


Apa maksudnya ini? Apa berarti aku harus mencari dan melatih dua anak ingusan ini? Ah! Persetanlah dengan semua ini. Aku pasti bisa menaklukan dunia dengan kekuatanku sendiri!

*JDEEEEER*

Aku terdiam. Di pagi hari yang terik ini, bagaimana bisa ada suara petir seperti itu? Apa itu ditujukan padaku? Untuk lebih pastinya, sebaiknya coba kuumpat lagi.

*JDEEEEER*

Oops. Sepertinya memang itu perintah bagiku. Ah, sudahlah. Mengapa melawan sesuatu yang bisa memerintah petir dengan begitu mudahnya? Ada baiknya aku memang mencari dua bocah ini.

[Sementara itu tak jauh dari tempat sang pendekar beranjak bangun tadi, Ken Alog sedang mengasah kerisnya, yang mengeluarkan suara semacam geledek setiap ia mencoba jurusnya]

Argh. Kemana lagi aku harus berkelana mencari dua orang yang tak jelas seperti ini, sedangkan turnamen hanya menyisakan hitungan minggu. Belum lagi melatih mereka.. Ini sangat mustahil! Pikiranku masih berkecamuk, ketika dua orang tiba-tiba datang menghadang jalanku.

"Hai, Kalong jahanam, rasakan tombak trisulaku!"

"Dan juga karambiak tajamku!"

Siapa lagi dua orang misterius ini? Ya beginilah nasib pendekar terkuat di bumi Pertiwi ini, selalu banyak yang ingin sekedar mencoba kekuatanku. Dari senjatanya, jelas bahwa pendekar bertombak trisula itu GearX, tapi siapa pendekar dengan senjata khas Minang itu?

Minang? Tunggu dulu, ini menarik, sangat menarik! Sudah lama aku beradu jurus dengan pendekar Sumatera, tapi belum dengan yang berasal dari Minang. Dengan karambiak khasnya yang berukir simbol 'DL', pastilah ia seseorang yang cukup mahir bertempur.

Ayo, nak, jangan sungkan, tunjukkan jurusmu!


-B E R S A M B U N G-

2016-06-19 05:41:54, 774 views

Link directly to this article (HT-ML, for the forum): [ArticleID=19622]

 
Server 070